Catatan Tengah Malam ini (Sebuah Perenungan)

Menunggu sepertiga malam-Nya, aku tiba-tiba berpikir untuk menulis ini.
Aku belum bisa memejamkan mataku entah karena apa. Biasanya ada yang mengganggu pikiranku tiap kali kualami malam-malam begitu panjang nan melelahkan. Tak ada yang bisa membantuku lelap, meski itu rasa lelah, butiran pil tidur, atau imaji-imaji indah dalam fantasi yang melenakan. Dan aku tahu, ada sesuatu yang membuat ketidaktenangan hatiku malam ini. Hampir sama dengan malam-malam sebelumnya yang juga pernah kulewati.

Bersyukur masih ada Dia yang bisa kusapa setiap detik. Tak ada waktu terlelap bagi-Nya, juga tak ada kata istirahat yang membatasiku untuk berbincang dengan-Nya.Hanya saja aku menunggu keutamaan di sepertiga malam-Nya saja untuk persuaan lebih bermakna.

Aku sedang bersiap dengan tangisku, ratapku, aduanku, keluhku, dan entah apalagi. Yang ada dalam pikiranku Cuma satu, aku harus berbincang dengan-Nya dalam kata yang serius. (bukan berarti semua perbincanganku yang lalu hanya hal sepele yang kuanggap main-main). Hanya saja kurasa malam ini harus menjadi malam yang jauh lebih bermakna untuk memperbincangkan sesuatu yang spesial yang tak seperti biasanya. Bukankah harus ada saat-saat khusus untuk membicarakan hal-hal penting dalam sebuah diskusi besar? Apalagi ini tentang hidupku yang pasti sangat berarti untuk ke depannya nanti.
Menunggu sepertiga malam-Nya yang masih begitu panjang –sepanjang malam ini yang kurasakan teramat panjang dan terasa mengalun detik demi detik yang kuhitung pelan- aku memilih menuangkan kata-kata ini dalam catatan malamku.
Ya Allah, adakah yang tengah kugndahkan dalam hidupku? Mengapa tak bisa kusadari kegundahan macam apakah yang sedang kurasakan ini?
Aku hanya merasa terlalu letih dengan hidup. Merasa terlampau banyak hal yang kualami dalam hitungan hari  belakangan ini. Kejutan-kejutan takdir-Mu seolah-olah mengajakku masuk dalam putaran yang aneh. Sebuah lingkaran yang membingungkan yang tak kutahu di manakah letak ujungnya.
Kemarin aku menangis, lalu hari ini aku tertawa. Putaran dunia terasa terlampau cepat. Apakah dimensimu yang mulai bergeser, atau alur hidupku yang Kau buat makin cepat? Dan dalam tangis tawa itu aku sama-sama ketakutan. Takut tak bisa melewati semuanya dalam kesadaran dan keimananku yang tetap. Aku takut kesedihanku membuatku marah pada-Mu, pun aku takut tawaku membuatku lena dalam keterlenaan yang membuat aku lalai pada-Mu. Aku benar-benar takut.
Meski sebenarnya aku tahu, Engkau senantiasa menyediakan kebahagiaan seandainya Kau berikan kesedihan kepada hamba-Mu, pun sebaliknya. Namun dari ketahuanku itu, aku tetap tak bisa berpaling dari perasaan takutku dan ketidakberdayaanku melewati malam-malam penuh tangis dan tawa itu dengan cepat. Seperti layaknya malam-malam biasa yang tanpa keresahan dan kegundahan.
Ya Allah, malam ini aku tengah tertawa, tapi aku ingin bisa meratap dan menangis saat berjumpa diri-Mu. Aku ingin Kau mendengar keluhan-keluhanku tentang semua rasa gundah ini. Aku ingin Kau memberi jawab atas pertanyaan-pertanyaan yang kusimpan dari ketidaktahuanku atas takdir yang Kau buat untukku. Aku ingin Kau membukakan tabir rahasia takdir yang tersembunyi dalam hidupku. Tentangku, tentang kami.
Doa-doa tulus, sujud-sujud panjang, butiran zikir yang mengalir deras sepanjang malam ini telah kusiapkan untuk-Mu. Aku mencari cinta-Mu Rabb. Cinta dari padang hampa yang tak kutemukan dari siapa pun selain-Mu. Cinta yang merindukan muaranya yang hakiki dari penciptaku. Pemilikku yang seutuhnya berhak atas aku hingga setitik debu yang menempel di tubuhku.

Rabb, dalam banyak malam aku telah terbangun. Meski malam-malam itu tak sebanyak malam yang kauciptakan untuk aku lewati di sepanjang hidupku. Karunia-Mu kupinta. Anugerah-Mu kumohon, dan keberkahan-Mu kuemis dengan segala kerendahan hati. Dan kurasakan itu. Kurasakan senyuman hangat-Mu dalam keridhoan untuk semua yang kujalani. SEmua begitu indah, semua begitu sempurna bagiku, meski dalam duka dan airmata yang kuteteskan bentuknya.
Sepertiga malam-Mu masih beberapa waktu lagi. Aku masih ingin menuliskan kata-kata dalam  catatanku di mana aku bisa melihat sempurnanya malammu. Hening, sunyi, sepi, tapi tiada kehampaan dan kesendirian kurasakan.

Hasbiyallahu laailaahailla huwa alaihi tawakaltu wahuwa rabbil arsil adziim.

Adakah dia juga tengah melakukan hal yang sama sepertiku?
Terbangun dalam kegundahan hatinya dan bertanya padamu?
Adakah dia juga sedang mempertanyakan takdirnya sepertiku?
Mempertanyakan takdir yang kauciptakan untuk kami kelak?

Aku tak tahu siapa dia, tapi kuharap dia juga senang melakukan hal seperti ini dalam hidupnya…!
Maka pertemukanlah kami Rabb. Pertemukanlah ruh kami dalam persuaan Kita malam ini. Izinkan aku mengenali dirinya melalui diskusi yang terpisahkan dimensi jarak ini. Jadilah penengah kami. Jadilah perantara kami dalam pertemuan malam panjang ini.

Buatlah dia terbangun di sepertiga malam-Mu ini dan ajaklah ia bertemu aku untuk sama-sama berdiskusi dalam sebuah kesepakatan untuk kami.

Ya Allah, aku tak ingin larut dalam kesedihan, pun tak ingin hanyut dalam lena  kebahagiaan. Bila bagiku keduanya sama-sama ujian, maka beri aku kekuatan untuk tetap bisa menjalaninya dalam kesadaran dan keimananku pada-Mu. Biarkan logikaku memainkan perannya dengan baik dan mengimbangi perasaan sedih dan senangku untuk terus menyadari ketahuan-Mu untuk segala hal yang baik bagiku. Ya Allah, jangan luputkan aku sebagai manusia yang berpikir dengan penuh sadar, bahwa semua yang kujalani di dunia ini adalah bagian dari kesepakatan kita di Lauh Mahfuzh yang tak bisa lagi kuingkari dengan cara apa pun. Yakinkan aku Rabb, untuk tetap berpegang pada kekokohan iman dan berdiri di atas kepasrahanku sebagai seorang hamba.

Fatawakkal Alawllah
“Laa yukallifullahu nafsan illaa wus‘ahha lahhaa maa kasabat wa’alaihhaa maktasabat rabbanaa laa tuakhidznaa innnasiinaa auakhto’naa rabbanaa walaa tahmil ‘alainaa isrongkamaa hamaltahhu, ‘alalladziina mingkoblinaa rabbanaa walaa tuhammilnaa maa laa thooqota lanaa bihh, wa’fuanna wagfirlanaa warhamnaa anta maulaanaa fangsurnaa ‘alalqaumil kaafiriin”. Amiin amiin ya Allah ya rabbal aalamiin.

Leave a comment